Hai kawan! Pernahkah kau merasa ada dinding perbedaan antara kita yang menghambatku untuk merasa nyaman bersama kalian?
Ya, aku merasakannya
Sekarang
Dan kemarin
Seperti ada yang hilang
Ini perasaan yang amat sulit kumengerti
Tapi sering kurasakan
Seperti rindu
Apa yang membuatku tidak nyaman lagi bersama kalian ya?
Sepertinya aku harus berkelana sebentar
Dirumah ini aku hanya menjadi pemalas
Diluar sana aku merasa begitu asing
Hai kawan, bagaimana kabar kawan lama kita yang lain ya?
Kemarin kita sempat bertemu sejenak
Sepertinya mereka baik-baik saja
Im sure!
Tapi, sudah tentu ada jarak antara kita dan mereka sekarang
Apa?
Kau bertanya apa yang memisahkan kita?
Sepertinya waktu!
Tapi...
Benarkah waktu yang membuat jarak itu?
I doubt that!
Tapi...
Itu juga yang menjadi jawabanku saat ini
Lalu, apa jarak antara kita juga karena waktu?
Sepertinya tidak
Atau hanya perasaanku saja ya?
Setidaknya aku masih bisa berkata “hai” sambil menepuk pundakmu saat kita bertemu.
Ya.
Tapi sekarang, aku cenderung melupakan semua itu
Menjadi dingin dan tanpa perasaan
Tapi, tentu bukan aku sengaja melakukannya untukmu
Tapi sengaja kulakukan karena kupikir, “itu lebih baik”
Aku pernah bilang, aku ini pemalas
Sangat pemalas
Sepertinya hanya diwaktu dan tempat tertentu saja
Atau memang seperti itu “malas” dalam pengertiannya?
Mungkin malas itu relatif?
Tapi, bagaimana kerelatifannya itu?
Semua manusia memiliki itu
Semua manusia merasakan itu
Malas itu apa?
Apa malas itu duduk seharian sambil menonton tayangan tv yang tidak mendidik dengan makanan menemani kemudian tertidur di bangku itu?
Aku menguras otakku untuk hal ini
Kenapa aku malah merasa orang tidak lagi memiliki kebebasan
Kebebasan yang sesungguhnya
Bebas,
Tidak terikat rumah
Tidak terikat pekerjaan
Tidak terikat penagih pajak/hutang
Tidak terikat televisi
Tidak terikat teman
Tidak terikat pikiran resah
Tidak terikat pikiran gelisah
Tidak pula terikat pikiran cemas
Kapan manusia tidak lagi untuk berfikir dengan apa mereka makan besok
Kapan manusia tidak lagi untuk berfikir pekerjaan yang harus dilakukannya besok
Kapan manusia tidak lagi untuk berfikir siapa jodohnya nanti hingga membuat mereka terus mengencani wanita yang ia suka berkali-kali
Lagi... lagi... lagi...
Seperti itu adanya
Rantai apa yang mengikat kami hingga hari ini
Padahal dulu kami berhasil memutuskan rantai penindasan hak asasi dan kolonialisme kaum barat dan eropa
Itu perjuangan yang sangat berat
Tapi debunya masih ada sampai saat ini
Hanya debu
Yang membuat mataku kelilipan
Membuatku tak bisa melihat dengan normal
Tapi debu ini lebih perih dari sabetan pedang mereka dulu
Rasanya juga lebih menyesakan dari mesiu senjata mereka dulu
Tapi, itu dulu
Tentu dulu aku tidak pernah merasakan semua itu
Tapi rasanya betul-betul tidak enak
Semakin tidak mengenakan setiap harinya
Dulu sih, rasanya enak-enak saja
Sampai aku tidak lagi merasakan keenakan itu
Aku ingin pergi saja
Pergi dengan cara berjalan ataupun berlari
Kemanapun itu
Setidanya diduniaku sendiri
Karena tak mungkin aku pergi kedunia yang bukan tempatku berada saat ini
Saat ini tetap saat ini
Kemarin akan menjadi saat ini
Dan besok adalah kemarin
Terserah padamu(lah) waktu
0 komentar:
Posting Komentar