Aku bersaksi bahwa Tuhan bekerja secara misterius
Matahari yang senantiasa bersama kami melihat itu
Hai matahari, kita berdua menyaksikan itu
Dengan aku dikursi bumi dan kau dikursi awan?
Tiada prasangka, tiada curiga
Secara garis waktu ditakdirkan, semua biasa saja
Aku bersamanya sepanjang hari namun seakan aku tak ada
Pikiran dan keringat, harmoni dunianya
Dapat kucium asamnya hingga ke paru – paru
Namun aku tak pernah menyentuh pikirannya
Tapi hatinya, setiap saat memelukku
Seperti merasa enggan terlalu jauh
Padahal aku memandang dengan angkuh
Kau bisa katakan aku telah biasa
Kau bisa katakan kita semua biasa
Kecil dahulu kita terlena
Dewasa ini kita berperan
Jika saja, aku bisa pergi kelaut lagi bersamanya
Kuharap aku bisa memungut karang lebih banyak di pantai
Agar aku bisa memberikan semuanya kepada baginda raja
Jika ia kehilangan satu, maka ia kan memiliki banyak
Kupikir tak akan habis sampai berubanlah dia
Dia bijak
Dengan wasiat ajaib miliknya
Semua wasiat tertulis dengan danta
Ouh bumi, kau sudah tak sabar rupanya
Sampai malampun kau menggaung memanggilnya
Ditengah gerik ala santrinya
Ia bertengger di kaki Tuhan
Merendah bersuci hati
Ouh aku memujanya
Malam itu hangat sehangat uap teh paginya
Malam itu cerah secerah senyumnya
Menjelma dengan lembut menyusup hakikat kehidupan
Yaitu kematian
Kau dekat dengannya
Dekat sekali
Langkah terakhirmu menuju istana kita bertasbih memuji-Nya
Setelah itu, biar aku yang kan bercerita
Jika kau lihat aku sekarang, aku ingin sekali berkata “aku dapat menulis”
Dan kuceritakan kisah indahmu dalam tulisanku
Sampainya diakhir kalimat aku menangis
Tapi aku lelaki
Yang kau ajari kuat
Dan aku berbisik “Terima Kasih”
Sampai kubasuh kakimu
Jasadmu sedingin subuh
Kurasa kau mengenali sentuhan tanganku waktu itu
Sejak dirahim kau tak pernah alpa dalam memeluk dan menggodaku
Kau pasti ingat siapa aku
Aku pangeranmu
Diiringi sirine mobil putih
Dibalik kaca, mata-mata-mata heran memandang
Menyaksikan ketidak tahuan yang tak biasa
Sampai dipelaminan, kusaksikan kurcaci berdatangan
Dengan rasa kemanusiaan dan persaudaraan serta solidaritas mereka memandumu
Jauh dariku dan yang lain
Dentuman senapan kosong, kumandang nyanyian surga, dan aroma kembang berwarna warni
Yang kau rindukan dihari tua nanti
Kau baja, kau cahaya, dan kaupun bunga
Memberi perlindungan
Memberi tauladan
Memberi kasih sayang
Kuharap Sultan kita membuka dirimu duduk disisinya
Saat kami rindu kau kan berkelana dimimpi
Sekarang kau jauh
Sekarang kau bahagia
Semoga kau tenang dengan amalmu
Dipelaminanmu yang baru
Sayonara Ayah
0 komentar:
Posting Komentar