Senin, 05 September 2011

PENGAKUAN


Suatu hari... ouh, bukan bukan...
Di suatu malam, hm... bukan bukan...
Apa ya?
Yang pasti ini disuatu hari saat malam datang, ada sekelumit kejadian terbayang dalam benakku
Seperti kilasan film yang diangkat dari sebuah novel
Aku melihat pengakuan
Pengakuan temanku atas kekhilafannya
Wow, itu hebat dan indah
Cuplikan imajinatif itu hanya sepersekian detik namun begitu menggelisahkan hati dan pikiranku melalui sebuah pertanyaan
Apakah aku harus membuat suatu pengakuan juga?
Jika ia, apa yang harus aku akui?
Jika tidak, apa diriku ini munafik?
Kenapa pengakuan begitu penting untuk diungkapkan
Apakah untuk mebebaskanmu dari dosa – dosa dan kesalahan?
Mendamaikan jiwa yang sedang galau,
Atau sebuah pembuktian akan kebenaran?
Hal apa yang mendasari sebuah pengakuan?
Bagaimana jika ada seseorang yang tidak punya sesuatu untuk diakui?
Diakah manusia sempurna?
Atau manusia mati!
Apakah seperti kebanyakan umat Islam dan Nasrani
Yang menganggap sebuah pengakuan yang jujur dan polos sebagai pensucian?
Apa mungkin semudah itu,
Tidak ada dampak lain?
Kenapa pengakuan begitu penting?
Sampai – sampai menjadi takaran ketulusan hati seseorang
Bagaimana dengan seseorang yang tidak pernah melakukan pengakuan?
Pada dirinya, pada keluarganya, pada para sahabatnya, pada Tuhan yang nampak samar – samar
Samar karena tersamarkan
Karena banyaknya pengakuan yang dilanggar
Apakah itu sebuah pelanggaran?
Apa itu pengakuan?
Apakah sebuah analisa logika yang sistematis dan diakui nilai kebenarannya?
Sesempit itu!
Menurutku, pengakuan bukan itu
Bukan pensucian
Bukan kebebasan
Tetapi pasrah
Kembali pada fitrah
Bertelanjang diri

Rabu, 31 Agustus 2011

TIDAK MEMILIKI ARTI


















Berkabung aku dihamparan rumput dan angin
Atas kekecewaan pada diri yang tercela
Mencoba membuktikan diri dengan kesombongan
Berbuah kesadaran akan kepahitan
Sekarang tak ada sia akan masa lalu
Sekarang tiada yang berarti bagiku
Ini perjalananku
Aku yang menempuhnya dengan kemerdekaanku
Lepas dari semua ikatan dan belenggu
Keluar dari lingkaran merah
Siapa yang tahu dimana aku?
Selain tuhan dan hati
Mengungkap tabir sosial dengan pikiran
Kutemukan sedikit jawaban
Yang tak kutahu benar salahnya
Aku tergantung dan melayang
Tanpa menghargai masa lalu
Ku belajar menemani malam
Dan sekarang akulah kabutnya
Tiada kau rasa tiada teman
Malam tak dapat ditemani
Maka siang kucari
Namun diriku telah menjadi malam
Aku tiada di siang itu
Hanya ku menyadari
Siang... malam..., apakah beda?
Bukan itu intinya
Hitam... putih... apa selalu begitu?
Bukan itu intinya
Siang... malam...
Hitam... putih...
Hanyalah bahasa penterjemah
Tidak memiliki arti

Selasa, 02 Agustus 2011

RAMADHAN, BULAN YANG ANEH




















Ramadhan, bulan yang aneh
Dibulan ini orang – orang berpuasa
Kata orang – orang ini pun, Ramadhan penuh berkah
Penuh ampunan
Bahkan sebelum datangnya saja orang – orang sudah bersuka cita
Ramadhan, bulan yang aneh
Dibulan ini semua harga sembako naik
Tapi anehnya, hal ini tidak berdampak pada stabilitas ekonomi Negara
Tukang jajanan menjamur ketika sore hari
Kendaraan ramai menyerbu warna – warni hidangan berbuka puasa
Ramadhan, bulan yang aneh
Orang – orang menjadi lebih giat beribadah
Tapi Cuma dibulan ini
Dari sebelumnya shalat di rumah dan sering terlambat
Kini rajin pergi ke Masjid dan lebih tepat waktu
Jika malam datang semua semakin giat beribadah
Dari mulai pergi ke Masjid dampai tadarus Al-Qur’an
Ramadhan, bulan yang aneh
Katanya dibulan ini ada malam yang lebih baik dari 1000 bulan
Bayangkan saja, 1000 bulan
Itu hampir sama dengan 365000 hari atau 83,3 tahun lamanya
Mana ada malam seperti itu selain dibulan ini?
Kata orang – orang dibulan ini setan – setan dibelenggu dan pasukan Malaikat dikerahkan dalam jumlah yang tak terhingga untuk memberi rahmat bagi seluruh manusia yang beribadah
Tetapi, yang selalu menjadi biasa dibulan ini adalah
Masih banyak orang – orang yang tidak berpuasa tanpa alasan
Dijalanan, emosi sering kali tak tertahankan
Dirumah, tubuh hanya dapat berbaring tanpa melakukan apa – apa
Dikantor, semakin banyak yang datang terlambat dan bermalas – malasan
Dipertengahan bulan, Masjid kembali sepi
Ditepian pantai dan tempat serupa lain, sepasang kekasih bukan muhrim berduaan menunggu kumandang Adzan
Para pengemis bertambah setiap harinya
Sebagian hanya berpura – pura
Menggendong seorang anak yang bukan miliknya untuk mendapatkan sekeping uang
Memanfaatkan belas kasihan demi keuntungan besar
Ramadhan, bulan yang aneh
Ketika bulan ini berakhir, perayaan terbesar umat Muslim diselenggarakan
Lafadz Illah menggema keseluruh penjuru dunia
Umat muslim berbondong – bondong datang ke Masjid mengenakan pakaian terbik yang mereka punya
Ibu – ibu menyiapkan hidangan lezat untuk keluarga dan tamu – tamunya
Senyum mereka mengembang bermekaran
Wajah mereka berseri dan bersih
Saling memaafkan dengan kelapangan hati
Pada hari itu, semua bahagia
Pada hari itu, semua kembali suci
Sungguh hari yang indah

EMOSI YANG MENYENANGKAN

















Seperti biasa, disiang hari hanya ada obrolan 2 insan
Katakan A dan katakan B
Kemudian ada kata C yang kubaca dengan kerut dahi
Terlontarlah kata D sebagai balasan akan kata C
Ada perasaan aneh dalam hati
Seperti, menyulut api
Ini mengalir dengan cepat dalam darah
Lajunya cepat dan dalam beberapa detik sudah tersebar keseluruh tubuh
Lucunya, api yang mulai membakar ini seiring dengan nada lagu yang sedang aku dengar
Jadilah sebuah tarian penuh semangat membara dalam tubuh
Ini emosi yang aneh
Sebenarnya ini emosi marah
Teramat marah
Tetapi yang muncul adalah senyum yang lebar
Tetapi yang muncul adalah gairah
Diiringi lagu tubuhkupun berdendang bersuka ria
Menari diatas amarahku
Sungguh sensasi yang tak biasa
Hahahaha...

Senin, 01 Agustus 2011

HARAPAN KOSONG





















Sampai dimana pencapaianku?
Sudahkah aku berusaha?
Tapi, aku tidak merasa lelah
Sudahkah aku bekerja?
Tapi, aku belum berkeringat
Adakah usaha yang tidak menimbulkan lelah!
Adakah pekerjaan yang tidak mengeluarkan keringat?
Bukankah itu berarti satu hal...
Sampai dimanakah pencapaianku?
Hingga deting ini, tiada hasil kupetik
Yang terlihat pohon – pohon layu dan jatuh
Tidak ada daun hijau, yang ada hanya daun kering berserakan
Adakah pohon yang tidak berbuah?
Bukankah itu berarti satu hal...
Sampai dimana pencapaianku?
Menjalin cinta kepada orang tua dan sahabat
Cinta yang murni lahir dari keikhlasan
Keikhlasan memberi dan menerima
Namun yang kusadari
Tiada suatu telah kuberi
Masih utuh dan penuh
Yang ku tahu aku masih menunggu
Pemberian atau semacamnya
Jika ini benar, masihkan aku mencintai dan dicintai?
Bukankah ini berarti satu hal...
Sampai dimana pencapaianku?
Tanpa usaha, tanpa istiqomah, tanpa keikhlasan
Kebodohan dalam pengharapan
Menciptakan harapan kosong
Ini berarti sesuatu,
Pencapaianku tidak beranjak kemanapun

CELAKA, DIRIKU CELAKA

Celaka
Diriku celaka
bagai tersesat dalam badai masa
seperti kemarin
dan kemarin
dan kemarin
dan kemarin
dan kemarin yang lalu
celaka
diri ini celaka
sukar untuk dipercaya
Harus bagaimana?
Mati
Kini terasa semakin menakutkan
Mati
Kini seakan melucuti
Lari
Aku tidak bisa lari
Tiada berkaki
Tak bisa berlari
Ampun
Tiada lagi ampun
Sudah cukup ampunmu
Kuatkan hati ini
Menuju jalanMu
Berikan petunjuk
Berikan cahaya
Agar dapat menapaki lagi
jalanMu itu
sampai disini, kan kucoba
takkan berhenti bertaubat

Minggu, 31 Juli 2011

SETAN






















Setan
Apa itu setan?
Seperti apa bentuknya?
Apakah ia adalah sebuah wujud yang nyata
Ataukah ia sebuah benda padat?
Cair, atau udara
Setan
Apa itu setan?
Benarkah ia musuh yang nyata bagi manusia?
Lantas, apa yang dimaksud “nyata” dalam dirinya
Apakah ia dapat disentuh?
Dapat dilihat, diraba, didengar atau dicium
Setan
Yang kutahu aku tidak pernah melihat setan
Tidak ada yang pernah
Apakah setan seperti yang dikatakan orang – orang?
Berambut hitam panjang berpakaian serba putih
Yang hanya keluar dimalam hari?
Ataukah setan itu adalah tumbuh – tumbuhan
Atau sejenis hewan?
Atau bahkan berbentuk manusia?
Setan
Seperti apa ia mewujud
Apakah ia sesuatu yang abstrak?
Tidak dapat disentuh, diraba, dilihat maupun didengar?
Apakah setan adalah pola pikir yang terwujud dalam sebuah perilaku manusia
Sebuah penyimpangan yang dianggap tak lazim oleh masyarakat umum
Atau yang sering kita sebut dengan keburukan
Setan
Apakah benar ia terbuat dari api?
Lantas kenapa ia selalu dikenal akan panasnya yang membakar?
Bukankah ia dapat menerangi?
Tidak hanya itu
Ia hidup dan memberi hidup
Bukankah ia dapat berfikir jua?
Lebih pintar dari kebanyakan manusia
Apakah setan punya perasaan?
Yang membuat ia tidak tega melihat sahabatnya terluka
Bukankah rahmat Tuhan untuk semua makhluknya
Dan bukankah setan adalah salah satu makhluknya?
Apa mungkin Tuhan membuat pengecualian?
Setan begitu pintar
Mereka belajar
Mereka bicara
Mereka mendengar
Namun,
Apakah mereka makan?
Atau minum?
Tapi mereka terbuat dari api
Jika mereka minum, apakah mereka akan padam?
Air seperti apa yang mereka minum?
setan
Apa itu setan
Kuwujudkan dalam imajinasi tanpa batas
Kau pun terbentuk dalam berbagai wujud
Wahai setan, siapakah gerangan dirimu
Sehingga kau begitu dikhawatirkan dan dijauhi?
Aku pernah bertanya padamu,
Wahai setan, jika kau punya perasaan
Tegakah kau menjurumuskan kami kedalam siksaan?
Kau jawab dengan senyuman,
kami tidak menjerumuskan kalian, melainkan kalian menjerumuskan diri kalian sendiri dalam siksaNya
Temanku, kami memang terbuat dari api, kami memang pintar, dan kamipun memang memiliki perasaan
Namun, satu hal yang perlu kamu tahu, bahwa kami termasuk golongan makhluk yang sombong dan membangkang
Sungguh kesombongan itu adalah racun yang paling mematikan
Tidak ada penawarnya, tidak ada tabib yang dapat menyembuhkannya
Kesombongan adalah kepalsuan
Kepura – puraan
Ketidak bersyukuran
Sebuah bom kebencian bagi yang lain
Ya, jika kau bertanya...
Setan, apa itu setan...
Jawabannya,
Setan adalah kesombongan

Selasa, 19 Juli 2011

GALAU

Jika pagi ini cerah
Maka hatiku mendung
Memang bukan pagi penyebabnya
Melainkan kedamaian hati yang terganggu
Jika mentari tersenyum ramah menyapa
Maka perilaku gelap hitam pekat
Bukan perkara matahari tak bersinar cerah atau sedang badai
Melainkan kegalauan hati yang tak kunjung reda
Aku berjalan bak seekor sapi
Begitu pagi, aku terbangun
Begitu siang, aku bekerja
Begitu malam, aku tertidur
Hidupku terasa direnggut hari
Namun, bukan hari yang mampu menjadi penyebab
Namun ketidak sendirian yang menyakitkan
Ketika ketidak sendirian merenggut hidupmu
Maka kesendirian kan terlihat sebagai kedamaian
Cukup ruang tuk bernafas...
Cukup waktu tuk dihabiskan...
Cukup makanan untuk dimakan...
Itu semua hanya khayalan
Kau hidup didunia nyata
Dirimu nyata...
Hidupmu nyata...
Temanmu nyata...
Masalahmu nyata...
Kenyataan selalu sama
Hanya tinggal kau persepsikan seperti apa
Banyak orang mengatakan hidup seperti pacuan kuda
Jika kau lambat, kau kalah
Ini menghasilkan kompetisi serba adil
Umpamakan kau bekerja disebuah kantor
Gajimu hanya sekedarnya
Berharap mendapatkan lebih
Berharap mendapatkan kenikmatan jabatan lebih
Kau paksakan diri mencapai semua itu
Dan, begitu pula halnya rekan – rekan kerjamu
Mulailah perang perusahaan terjadi
Saling tusuk menusuk
Menggigit, memukul
Mengadu domba
Jatuh menjatuhkan
Satu persatu tumbang
Satu persatu mati, putus harapan
Sang pemenang, yaitu dirimu berdiri dengan bangganya
“kumenangkan peperangan ini”
Ketika kau dapatkan semuanya, kau buta akan suatu hal
Kau tidak dapat berdiri sendiri
Perusahaanmu roboh
Rata dengan tanah akibat perang tanpa arti
Kau, kalah
Itu hanya sebuah gambaran
Gambaran ekstrim kehidupan manusia
Tak dapat dipungkiri itu yang terjadi
Jarang kutemui, keikhlasan hati
Saat ini, banyak kawan – kawanku, saudara – saudaraku, dan tetanggaku yang terpuruk
Ini lumrah dilingkunganku
Bahkan pada diriku
Kepahitan menerima kekalahan
Menyandang nama pecundang
Tak berarti dimata orang – orang
Menanamkan keterpurukan yang begitu dalam
Bangsaku gelisah
Kutemukan keterpurukan bersarang dalam diri
lama harus kusadari, inilah keterpurukan itu
rasanya dingin, gelap, sunyi, sendiri
seperti terjatuh ditengah keramaian tanpa ada yang perduli
aku ingin menangis, tak ada yang perduli
aku ingin berteriak, tak ada yang kan mendengar
aku meminta tolong, tak kan ada yang sungkan
satu – satunya jalan adalah berdiri sendiri
namun bukan untuk kembali kepada jalur mereka
namun menjadi pemberontak
sistem yang dibangun nyaris tanpa arti
ia berjalan tanpa kenal kompromi
begitu kokoh berdiri
tak ada salah, tak ada toleransi
semua harus diikuti
bagai mesin raksasa
keras, kaku, berat, berasap tebal
aku tidak ingin hidup dengan semua ini
tiada tawa, tiada cinta, tiada salah...
Dan tiada mimpi
kemerdekaanku, kemerdekaan kalian
kemerdekaan kita, pantas tuk diperjuangkan
sampai mentari kan terbit kembali

Minggu, 26 Juni 2011

Doa Untuk Pemimpin Negeri

















Negeriku yang indah
Negeriku yang kucinta
Sekarang kau sekarat
Diremas, diinjak, digerogoti
Diremas,
Moral bangsa yang hancur akibat segala ketidak adilan dan kebohongan
Dan penjajahan
Diinjak,
Hutan – hutan yang kini rata dengan tanah membawa musibah dan bencana
Digerogoti,
Oleh korupsi, kolusi, dan nepotisme yang membudaya dari atas hingga bawah
Sungguh berat tugasmu wahai pemimpinku
Harimu disibukan oleh masalah
Telingamu bising oleh cemooh dan kritik tak bertanggung jawab
Mulutmu berbusa akibat bawahan yang tuli
Matamu merah akibat melihat penderitaan rakyat
Nafasmu sesak oleh udara disekelilingmu
Sungguh sulit tugasmu wahai pemimpinku
Amanah dan tanggung jawab begitu besar
Kau emban semua itu sendirian
Tak ada yang memperhatikan
Tak ada yang perduli
Hingga kini kau seperti ini
Akan aku coba untuk membantu
Dengan doa dan bait puisi
Negerimu, adalah negeriku
Rakyatmu, adalah saudaraku
Tugasmu, adalah tugas kita
Semoga Tuhan mendengarnya
Doa yang kupanjatkan untuk pemimpin negeriku

BUDAYA KETERPURUKAN


Aku terpuruk
Hingga dunia seakan membenciku
Sahabatku terpuruk
Seakan tiada berteman
Orang tuaku terpuruk
Membuat hidup seakan terbalik
Keluargaku terpuruk
Sampai orang – orangpun menjauhi kami
Guruku terpuruk
Seakan ilmu tak lagi berguna
Warga kampungku terpuruk
Seolah kami terisolasi
Pacarku terpuruk
Bagai cinta tidak lagi dimilikinya
Teman kerjaku terpuruk
Seperti ditinggal oleh orang yang dicintainya
Pejabat negeriku terpuruk
Seolah kalah dalam perang
Pemimpin negeriku terpuruk
Seakan gagal mengemban amanah
Negeriku terpuruk
Seakan tidak ada lagi kebahagiaan didunia
Budaya keterpurukan merajalela
Kebahagiaan seakan hilang begitu saja
Semua seakan dihantui ketidak pastian
Hidupku, hidupmu, hidup kami
Seakan sepi dan merasa kesepian
Budaya keterpurukan
Tidak dapat dihindari
Namun dapat diatasi
Berdoalah kepada Tuhan
Bersabarlah untuk kebahagiaan
Bangkitlah untuk harapan
Karena Tuhan Maha Mendengar

Jumat, 17 Juni 2011

Diriku Sempurna

Diriku adalah ada
Dalam diriku ada daya
Dalam diriku ada daging
Dalam diriku ada darah

Dalam diriku ada hidup
Dalam diriku ada mati

Dalam diriku ada baik
Dalam diriku ada jahat

Dalam diriku ada cinta
Dalam diriku ada benci

Dalam diriku ada akal
Dalam diriku ada nafsu

Dalam diriku ada berhasil
Dalam diriku ada gagal

Dalam diriku ada berani
Dalam diriku ada takut

Dalam diriku ada takdir
Dalam diriku ada palsu

Dalam diriku ada kendali
Dalam diriku ada liar

Diriku, sempurna

FATAMORGANA MASA LALU

Sore itu, seperti biasa aku kantukan diriku
Demi menikmati hari sisa – sisa hidupku yang masih panjang
Tidak ada salahnya kan menjemur pikiran di kala senja?
Lagipula hari ini aku tidak memiliki agenda apapun
Paling tidak beberapa telah aku penuhi
Mungkin tidak ada salahnya mengembara mencari kesenangan kecil dengan teman wanitaku
Kusebut teman wanita karena memang ia temanku dan ia seorang wanita
Kemana kau membawaku kawan?
(Kalian perlu catat dia yang membawaku)
“Menolongku” jawabnya
Baiklah...
Hm... dimana dia menaruh dirinya?
Apakah sudah dekat?
Kenapa aku merasa tidak asing dengan tempat ini?
Kenapa aku merasa seakan aku sudah pulang (kembali)?
Ini tempat bermainku
Ini tempat yang menyimpan masa laluku
Aku tahu, karena ia tidak berubah
Baumu sama...
Ragamu tak kunjung tergerak mengikuti zaman...
Dan, dirimu masih menyimpan dirinya...
Dag.. dig.. dug.. jantungku berdegup lebih cepat
Bertanya dalam diriku
Masihkah ia ada disana?
Dia...
Kemudian dia...
Dan dia lagi...?
Mataku sibuk mencari
Hatiku sibuk bicara
Pikiranku menyimpan tanya
Perasaanku menyimpan rindu
Namun mulutku diam membisu
Aku duduk diteras rumah
Tentu bukan rumah diantara “dia – dia atau kamu”
Rumah yang lebih berkepentingan didatangai
Duduk diantara mereka tak menghentikan laju hayalku
Aku masih menunggu bayangan tak pasti
Bayangan dari masa lalu yang tak kasat wujudnya saat ini
Tentu itu karena kau pasti berubah
Entah kurus, gemuk
Putih, hitam
Tinggi, pendek
Tampan, cantik, jelek
Hayalku berbuah fatamorgana
Semakin kuat.. semakin kuat..
Pertanda apa ini?
Aku seperti melihat masa laluku dalam sebuah layar
Berisi semua memori masa lalu
Apa karena terlalu lama aku melupakan ini?
Atau karena aku telah jauh dari kalian dan masa kecil dahulu?
Aku demam
Demam rindu
Sudahlah aku terperangkap ditempat ini dan masa lalu
Timbul keinginan untuk memutar balikan waktu
Timbul keinginan untuk kembali putih merah kecil
Ya... aku senang dengan masa kecilku dahulu
Terutama kedekatan dengan kalian
Apakah kalian berfikir sama denganku?
Dulu aku tidak tahu kau tampan
Dulu aku tidak mengerti kau cantik
Dulu aku tidak tahu kau hebat
Dulupun, aku tidak tahu kau penuh ego
Aku hanya tahu hari esok kita kan bertemu kembali
Begitu indah fatamorgana ini
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Aku mulai merasa ada yang aneh
Aku terlalu terlena oleh masa lalu ini
Terlalu terlena
Ini tidak baik bagiku dan jiwa kecilku
Ini menjauhkanku dari kenyataan
Sadar.. sadar.. bangun!
Ah... setidaknya rasa penasaranku sedikit terobati oleh pernyataan tetangga dudukku
Kawanku...
Aku senang dia masih satu darah dengannya
Matahari semakin redup cahayanya
Aku tahu ini sudah sore, dan pasti kalian para tetangga dudukkupun menyadari itu
Iya kan?
Hufh... mari pulang
Apa itu?
Bunyi tawa...
Rambut pirang?
Seorang gadis
“tuh dia” katamu mengagetkanku
“Itukah dia!” kataku dalam hati
Hebat, dia semakin cantik
Aku senang memiliki teman seperti kalian
Sejenak fatamorgana itu kembali
Secepat itu pula sosokmu kembali hilang
Yah, seperti biasa... tak ada yang berubah darimu dan diriku
Setidaknya aku puas dengan hari ini
Aku mendapat kesenangannya
Ok, kita pulang




Adakah kau ingin mencari?