Selasa, 19 Juli 2011

GALAU

Jika pagi ini cerah
Maka hatiku mendung
Memang bukan pagi penyebabnya
Melainkan kedamaian hati yang terganggu
Jika mentari tersenyum ramah menyapa
Maka perilaku gelap hitam pekat
Bukan perkara matahari tak bersinar cerah atau sedang badai
Melainkan kegalauan hati yang tak kunjung reda
Aku berjalan bak seekor sapi
Begitu pagi, aku terbangun
Begitu siang, aku bekerja
Begitu malam, aku tertidur
Hidupku terasa direnggut hari
Namun, bukan hari yang mampu menjadi penyebab
Namun ketidak sendirian yang menyakitkan
Ketika ketidak sendirian merenggut hidupmu
Maka kesendirian kan terlihat sebagai kedamaian
Cukup ruang tuk bernafas...
Cukup waktu tuk dihabiskan...
Cukup makanan untuk dimakan...
Itu semua hanya khayalan
Kau hidup didunia nyata
Dirimu nyata...
Hidupmu nyata...
Temanmu nyata...
Masalahmu nyata...
Kenyataan selalu sama
Hanya tinggal kau persepsikan seperti apa
Banyak orang mengatakan hidup seperti pacuan kuda
Jika kau lambat, kau kalah
Ini menghasilkan kompetisi serba adil
Umpamakan kau bekerja disebuah kantor
Gajimu hanya sekedarnya
Berharap mendapatkan lebih
Berharap mendapatkan kenikmatan jabatan lebih
Kau paksakan diri mencapai semua itu
Dan, begitu pula halnya rekan – rekan kerjamu
Mulailah perang perusahaan terjadi
Saling tusuk menusuk
Menggigit, memukul
Mengadu domba
Jatuh menjatuhkan
Satu persatu tumbang
Satu persatu mati, putus harapan
Sang pemenang, yaitu dirimu berdiri dengan bangganya
“kumenangkan peperangan ini”
Ketika kau dapatkan semuanya, kau buta akan suatu hal
Kau tidak dapat berdiri sendiri
Perusahaanmu roboh
Rata dengan tanah akibat perang tanpa arti
Kau, kalah
Itu hanya sebuah gambaran
Gambaran ekstrim kehidupan manusia
Tak dapat dipungkiri itu yang terjadi
Jarang kutemui, keikhlasan hati
Saat ini, banyak kawan – kawanku, saudara – saudaraku, dan tetanggaku yang terpuruk
Ini lumrah dilingkunganku
Bahkan pada diriku
Kepahitan menerima kekalahan
Menyandang nama pecundang
Tak berarti dimata orang – orang
Menanamkan keterpurukan yang begitu dalam
Bangsaku gelisah
Kutemukan keterpurukan bersarang dalam diri
lama harus kusadari, inilah keterpurukan itu
rasanya dingin, gelap, sunyi, sendiri
seperti terjatuh ditengah keramaian tanpa ada yang perduli
aku ingin menangis, tak ada yang perduli
aku ingin berteriak, tak ada yang kan mendengar
aku meminta tolong, tak kan ada yang sungkan
satu – satunya jalan adalah berdiri sendiri
namun bukan untuk kembali kepada jalur mereka
namun menjadi pemberontak
sistem yang dibangun nyaris tanpa arti
ia berjalan tanpa kenal kompromi
begitu kokoh berdiri
tak ada salah, tak ada toleransi
semua harus diikuti
bagai mesin raksasa
keras, kaku, berat, berasap tebal
aku tidak ingin hidup dengan semua ini
tiada tawa, tiada cinta, tiada salah...
Dan tiada mimpi
kemerdekaanku, kemerdekaan kalian
kemerdekaan kita, pantas tuk diperjuangkan
sampai mentari kan terbit kembali

0 komentar:

Posting Komentar

Adakah kau ingin mencari?