Minggu, 09 Desember 2012

09.12.12


Dalam kegaduhan, aku memberontak
Dalam kesunyian, aku memberontak
Semakin banyak yang kutahu, semakin aku tak puas dengan keadaan
Kadang lingkaran setan menjeratku kian dalam
Membunuhku perlahan
Kadang setan – setan itu berteriak, mengajak pada dosa
Semakin benarlah mereka
Kala manusia terbujuk rayuannya

Kamis, 01 November 2012

CITA - CITA

Aku Punya Cita - Cita, dan Pasti Akan Terwujud!

Selasa, 02 Oktober 2012

EKSPRESI

Ekspresi adalah suara
Ekspresi adalah bentuk
Ekspresi adalah bau
Ekspresi adalah rasa
Ekspresi adalah apa yang kau lihat
Ekspresi adalah apa yang kau dengar
Ekspresi adalah apa yang kau sentuh
Ekspresi adalah apa yang kau cium
Ekspresi adalah apa yang kau kecup
Ekspresi adalah dirimu
Dirimu yang melihat
Dirimu yang mendengar
Dirimu yang menyentuh
Dirimu yang mencium
Dirimu yang mengecup
dan kau merasa terwakili karenanya

Selasa, 28 Agustus 2012

Ada Udang di Balik Ketupat

"Jul, selesai shalat Ied kita mau kemana nih, masa gak kemana - mana?! Kita keliling rumah Guru aja yuk... mumpung dirumah - rumah banyak kue enak sama ketupat gratis niiih...?!"

"Ah, elu Dro, pikirannya makan mulu! Harusnya niatannya buat silaturahim, bukan malah makan gratis!"

"Setuju! Bener tuh kata Ical, lu pikirannya makan melulu."

"Yaaah.... ia gak lah. Maksud gue juga begitu, sekalian si-la-tu-rah-mi-n-ta-ma-kan!"

"Huuuh... Bilang aj lu emang niatan mau makannya aj!"

"Kan sekali mendayung dua-tiga pulau terlampaui.... ya gak... ya gak...!"

"Yaudah, kita keliling rumah Guru. Sekalian silaturahim. Ada benernya juga kata Indro. Biarin deh bagian dia makannya, toh gak ada salahnya."

"Assiiikkk..."

Indro Heryawan. Ya, itulah nama sahabatku yang sangat suka makan. Kemana - mana selalu melirik makanan dan paling hobi makan. Meski tubuhnya kurus, entah mengapa nafsu makannya sangat besar! Seperti tokoh Shaggy dalam serial cartoon Scooby Doo. Kami berempat, aku (Julio), Ical, Dira dan Indro adalah 4 sekawan yang akrab sejak SMP hingga 2 SMA, sudah seperti saudara. Selalu pergi dan bermain bersama. Dan salah satu teman yang paling sering membuat kami kocak adalah Indro. Karena selain suka makan, ia sering melakukan hal konyol dan memiliki satu sifat aneh, yaitu sangat takut dengan udang!

Kebetulan sekali, hari ini adalah Hari raya Idul Fitri. Kami baru saja selesai shalat Ied bersama, dan seperti biasa, selesai shalat kami berkumpul sejenak dan ngobrol di balai yang teduh dipayungi lebat daun pohon cery beberapa lama hingga Indro menyampaikan Idenya yang konyol itu, yaitu berburu makanan lebaran.

"Dro, nanti kalo kita udah dirumah Guru, lu jangan langsung embat makanannya ya. Tunggu sebentar sampai ditawarin. Itu juga kalo lu ditawarin."

"Ok.. Ok.. "

"Assalamu'alaikum..."

"Wa'alaikumsalam... Eh.. ada empat murid Ibu nih, masuk - masuk. Silahkan duduk. Kalian berempat aja? Oh iya, Ibu lupa kalo kalian berempat terus. Eh... tunggu sebentar ya, Ibu buatin minum dulu"

"Terima kasih Bu..."

"Wah... Baik banget Ibu Yuli, kita baru dateng belum sempet ngomong apa - apa aja udah dibikinin minum. Nah Dro, inget kata - kata gue tadi.. Masya Allah!!! Droo... Dro... udah gue bilangin jangan makan dulu. Eh... ini malah langsung ngabisin satu toples nastar! Gile luh"

"Hmp..hmp.. Abis enak Jul, lagian.. hmp... tadi.. hmp... nastarnya tinggal setengah toples.. hmp... hmp... gua gak ngabisin semua kok.."

"Heh... lu ngomong sambil makan begitu, maluin luh... lagian mau tinggal setengah kek, satu toples kek... tetep aja lu yang ngabisin. cepet banget lagi!"

"Eh.. Dara, menurut lu kenapa nastar ini ditaro di meja tamu... hmp.. hmp.. ?! Ya pasti buat dimakan sama tamunya lah. Nah, kita kan termasuk tamu.. Hamp... hmp... jadi gak salah kalo gua makan!"

"Waaaahh.... Indro lahap banget makan nastarnya. Enak gak Nastar buatan Ibu? Oh ya, nih munumnya, ayo diminum."

"Enak Bu, enak banget. Ibu Yuli emang paling pinter bikin kue. Saya sampe gak sadar udah makan banyak, hehehehe..."

"(Huuuuh.... dasar Indro perut karung!!!)"

"Kayaknya kamu juga lapar ya? Kalian lapar juga ya? Yaudah.. kebetulan didapur ada ketupat sayur. Makan dulu yuk. Ayo... udah gak usah malu - malu. Dro, ayo ajak teman kamu!"

"Siap Bu!"

"Waduuuh... kita baru dateng langsung ditawarin makan aja nih. Gak enak gue."

"Ia nih, gua juga belum laper. masih kenyang!"
"Udah Cal, pura - pura segala lagi lu. Ayo ah, ke dapur. Gua laper nih?!"

"Yaudah Cal, ikutin aja. Udah ditawarin gak enak kalo ditolak. Minimal makan aj walau sedikit."

"Hah... gara - gara lu ni Dro!"

"Loh... ini namanya berkah Hari Raya Bro...! Hehehe..."

Duh, sungguh kami tak enak hati. Bertamu ke rumah Ibu Yuli, langsung ditawari makan segala. Memang kami semua sebenarnya sudah makan sejak subuh hari. Makan makanan yang cukup mengenyangkan kami bertiga. Tapi, selalu ada orang ke empat yang jadi biang kladi. Siapa lagi kalo bukan Indro. Padahal kami bertiga tahu kalau Indro juga telah makan sebelum shalat Ied. Tapi sudah jadi panggilan alamnya untuk menyahut tawaran makan. yaaah.... mau bagaimana lagi, hahaha... Namun tanpa disangka - sangka, ternyata perjamuan oleh Ibu Yuli ini akan menjadi perjamuan yang selalu diingat oleh Indro, bahkan membuatnya Insaf! Kejadian seperti apa itu, kita simak bersama...

"Wuiih... si Indro sampe langsung paling depan ngambil piring sama ciduk ketupat. Gile!"

"Biarin Cal, gitu - gitu juga temen kita."

"Woy... pelan - pelan lu Dro. Mana ngambil makanannya banyak banget lagi! Oi, pelan - pelan ngambil sayurnya."

"Gak pa pa Ra, pasti habis sama gue."

"Oi, Jul, Cal, gue ambil duluan ya.. nyusul si 'kentung Indro' di meja depan"

"Yoi... eh Cal, lu ngambilnya banyak atau sedikit?"

"Sedikit aja, masih kenyang gue. Perut gua gak se-fleksibel si Indro"

"Gua juga sama. Eh, Cal sayur ketupatnya kayak ada yang aneh nih. Komposisinya gak biasa??!"

"Gak biasa gimana Jul, Coba gua liat? Ouh... ini mah sama aja kayak sayur yang laen Jul. Cuma ditambahin wortel, kacang, sama udang."

"Eh... barusan lu bilang apa? Udang!?"

 "UUUUWWAAAAAAAAAAHHHHRG..........................!!!!!!!!!"

"Ada apa tuh! Si Indro teriak?! Coba kita lihat."

Seketika kami mendengar teriak keras dari depan rumah. Dengan cepat aku dan Ical langsung berlari kearah depan meninggalkan makanan kami dimeja makan sebelum sempat dibawa. Begitu kami kedepan betapa kagetnya kami melihat ada piring yang jatuh kelantai, makanan yang tumpah ke meja dan kursi, serta wajah Dara yang terlumuri sayur dan butiran nasi. Namun yang membuat kamu aneh adalah Dara yang tertawa terbahak - bahak meski kotor dan samar - samar ada suara orang muntah didepan rumah yang ternyata Indro!

"Ada apa Ra? Kok muka lu belepotan gitu? Kenapa si Indro muntah - muntah gitu. Tadi dia yang teriak ya!?"

"Hahahaha.... lucu banget Jil. Hahahaha.... ia, dia yang teriak... hahahaha.... Tadi, waktu si Indro sama gua lagi makan, gua ngeliatin si Indro. Gua liatin wajahnya serius bangat kayak lagi mikirin sesuatu sambil mulutnya ngunyah makanan pelan - pelan. Pas dia ngeliat sayurnya, dia langsung kaget kalo sayurnya pakai udang, hahahahaha... lu berdua taukan kalo Indro paling takut sama udang, melebihi takutnya sama pocong, hahahaha...nih, muka gua langsung begini gara - gara si Indro langsung ngelempar piringnya. Kocak banget! Hahahahahaha...."

"Wahahahahaha......."

Mendengar cerita Dara, seketika kami semua tertawa terbahak - bahak. Rasanya seperti mengeluarkan ganjalan yang sudah lama tertahan, hahaha... meski kami miris juga melihat Indro yang kelihatan syok sambil terus - terusan muntah tanpa mengeluarkan apapun karena terlanjur masuk ke perut, tapi kami tetap tidak bisa menahan tawa kami.

"Hahahaha.... woy Dro, makannya jangan suka over. Akhirnya dihukum sama Tuhan dengan mengirimkan udang ke perut lo. Hahahaha....!" Ejek Ical.

" Bener tuh Dro, Hahaha...." sahutku.

"Jahat lu semua, gua kan paling takut sama udang, lu malah ngetawain gue." Jawab Indro melas.

"Bukan kita yang jahat Dro, tapi lu yang jahat sama diri lu sendiri karena terlalu over ngisi perut. Itu kan jelas gak baik. Hahahaha...." Sahut Dara.

"Ini sih bukan lagi 'ada udang dibalik batu' namanya. Ini sih namanya 'Ada Udang di Balik Ketupat' Hahahaha...." Kata kami bertiga kompak.

Sabtu, 02 Juni 2012

Tukang Lontong Sayur

Ahh.... kalau malam minggu tanpa aktifitas "memang kuat - kuatnya kita aja" buat menahan rasa bosan. Tapi, kalau ada kesempatan kenapa disiakan?

Eits.... tapi bukan untuk "ngapel", dateing, beli martabak untuk calon mertua dsb, tapi pergi ke warnet aja, sekedar hibur diri tuk nge-Blog atau browsing, atau socialnetworking juga.


Kebetulan juga ada tugas yang harus dikerjakan. Melengkapi berkas kuliah secara on-line. Pokoknya 'PAS' lah.

First priority, melengkapi berkas. selesai! buka social media.

Facebook, twitter, kabar teman - teman kelihatannya sibuk dengan urusan masing - masing.

Browsing, (sekedar menambah informasi) beritanya masih sama! Haahh... jadi mulai bosan. Mau coba tulis di Blog deh.

Iseng - iseng, sebelum mencoba login ke Blog, aku coba buka google dan memasukan nama, "Isra Yuda", ya, namaku sendiri. Kali aja namanya populer di dunia maya, syukur - syukur bisa kayak Justin Bieber, Greyson, atau minimal Shinta dan Jojo. Klick 'enter' munculah sederetan keyword dalam sebuah link. Wuiiihh.... ternyata namaku terbukti cukup populer. Meski baru sebatas di socialnetwork dan Blog. Yaa... paling tidak ini suatu pencapaian. Eh! Tunggu, ada web yang menggunakan namaku? aneh, ini web tentang ramalan.

Klick!

Wah, ini web tentang meramal masa depan menggunakan nama kita. Disini ramalan tentang pekerjaan kita. Tertulis "Isra Yuda Furqoni" pekerjaan ..... Ya Ampyun! Mustahil! GAk! Gak! Masa? Wah..! Pasti ada yang salah nih!

Isra Yuda Furqoni Pekerjaan TUKANG LONTONG SAYUR!!!!!!!!!!!!!!!

Mana mungkin orang bisa ngeramal kayak begini. Edan! Gak bisa apa ya tinggian dikit. Atau do'ain saya sukses. Ehh... malah dibilang masa depannya tukang lontong sayur. Haduuuh...

Ya, memang, ini hanya sekedar ramalan/hiburan belaka. Tapi dengan posting terbukanya di dunia maya dan dapat dilihat semua orang seketika membuat ku 'shy'. Yah, sebodo teuing lah. mending curahkan saja dan di share supaya tidak lagi jatuh korban. Tapi anehnya kenapa web itu bisa secara sepihak menaruh namaku disitu dan langsung membuat ramalan ya? Padahal aku tidak merasa pernah mengunjunginya! Mistery.

Untuk para user - user baik penjelajah internet, socialnetworking, blogger, designer, atau apa saja yang menggunakan internet. Hati - hati saja dengan segala bentuk gerak - gerik kalian dalam menggunakan komputer. Bisa - bisa bernasib buruk, Hahaha.... Tapi ini hiburan yang cukup menyenangkan.
Tukang Lontong Sayur, Wahahahahaha........

Sabtu, 31 Maret 2012

KACAU

Akhirnya, sebentar lagi masa "putih abu - abu" berakhir sudah. Semoga semua berjalan lancar diakhir perjumpaan dengan ranah pubertas ini, wahahahaha......

tapi, sudah jadi keharusan bagi kita mencari orientasi selanjutnya setelah lulus dari sini. Dan (bukannya mau sombong) gue harus bisa kuliah di PTN Favorite. ITU HARGA MATI!

But, how?

Kebetulan tahun ini telah kembali dibuka pendaftaran secara nasional atau Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) - singkatannya agak sulit dihafal awal - awal kenal - tidak disia - siakan, gue ikuti peluang ini. Jalur masuk terbagi 2, ada jalur undangan dan tulis. Tentu saja karena jalur undangan dibuka lebih dahulu, dan kebetulan sudah dapat rekomendasi, gue ikuti jalur undangan. Tapi, ini masa - masa yang agak sulit, karena harus memilih (hanya) 2 PTN se-Indonesia dan masing - masing PTN memilih 2 jurusan saja. MUST BE CAREFULL!

Setelah beberapa hari perenungan, konsultasi, diskusi sampai perdebatan akhirnya terpilihlah PTN favorite di daerah Surabaya dan Semarang (Inisialnya Univ-A dan univ-D) dan langsung go regist. Berkas dilengkapi, semua sudah, keluarlah kartu bukti tanda peserta, tinggal tunggu deh hari pengumuman (pengumuman tanggal 28 Mei). Tapi, agak naif juga kalau kita menunggu lama untuk keputusan yang belum pasti. Ini mirip seperti menunggu kiamat (maksudnya nunggu sambil mikir, "lolos seleksi gak ya?"). Sungguh mencemaskan!

Sambil menunggu "kiamat" tiba, lebih baik selamatkan diri dengan mendaftar PTN lain lewat jalur - jalur yang ada. Ohy, sudah dari dulu gue sangat tertarik masuk PTN ter-favorite di Yogyakarta dan termasuk terbaik di-Indonesia, yaitu univ-G. Aduuuuhhh....... jadi kebelet pengen kesitu! Apa lagi dapet informasi kalau salah satu temen gue sudah diterima di univ-I. Salah satu universitas terbaik di Jakarta. S**l, kenapa dia dapet, gua malah merasa terpuruk disini. GUE DENDAM!

Satu - satunya cara melampiaskan rasa ini cuma satu, masuk univ-G (karena passing grad PTN yang bisa ngalahin univ-I cuma itu). ITU HARGA MATI! 

Setibanya dihadapan komputer, teman setia manusia abad 21, gue langsung buka situs/web univ-G, dan menuju informasi penerimaan mahasiswa baru. Begitu terperanjatnya mata gue dan bulu kuduk langsung berdiri 90 derajat (alias tegak lurus) melihat pengumuman yang diberikan ....

"Univ-G hanya menerima pendaftaran mahasiswa baru melalui jalur SNMPTN."


Kira - kira ekspresi gue begini waktu itu!

WHAT? Hancur hatiku! Lemaaas! Waaahh.... kalo begini dendam gua bakalan kebawa sampai mati. KACAU! Tapi, mau diapain lagi, jalur SNMPTN sudah dipakai buat masuk ke univ-A dan univ-D, walaupun masih ada jalur SNMPTN tulis, harusnya itu jadi jalur terakhir saja. Dan kalau dipaksakan memakai jalur terakhir itu untuk masuk ke univ-G, peluanya kecil. Harus bersaing sama ribuan orang (gak P.D.). 

Untungnya ada teman yang mampu memberi informasi alternatif yang terpercaya. Jadi rasa kecewa ini bisa hilang (sedikit). Kobaran api yang menggebu - gebu dalam berkompetisi, kini surut ditelan kekecewaan hati. Tapi, TETAP SEMANGAT!!! (Karena 'kiamat' belum datang)

HUFH...

Minggu, 25 Maret 2012

JUMPA

"lama yah nunggunya?"

"ah... gak kok"

"maaf ya?" (dengan senyum)

"gak apa- apa" (balas senyum)

"hmm...... kamu sering ya dateng kesini?" (gugup)

"ya, lumayan. kadang kalo lagi mau sendiri atau sekedar cari udara segar ke taman ini. kamu kesini naik apa?"

"eeh.. naik angkot. tadinya mau bawa motor, tapi kayaknya macet."

"ouh..."

"ya... hufh... ohy, gimana kabar kamu?"

"baik, kamu sendiri?"

"baik juga"

"kamu masih sama Karina?"

"maksud kamu?" (mengkerutkan dahi)

"kamu tahu maksud aku?" (tersenyum)

"dia cuma teman!" (dengan nada datar)

"kukira kamu sudah suka dari dulu. dan memang kamu suka kan dari dulu?"

"apa maksud kamu? dia teman. lagi pula dia wanita biasa. dan aku tidak pernah menyukainya, dulu maupun sekarang!" (menegaskan)

"kau boleh bilang kalau suka. tidak akan ada yang salah" (tetap tersenyum)

"maksud kamu apa sih, kenapa bertanya itu terus. 3 tahun tidak bertemu kenapa kau tidak berubah?" (jengkel)

"aku berubah"

"apanya yang berubah?"

"aku lebiih bisa menerima kamu dengan orang lain, terutama Karina" (tersenyum tegar)

"ya ampuuun.... sudahlah, aku bosan" (memalingkan wajah)

"kau marah?"

"aku tidak marah!"

"maaf. maaf jika aku tidak bisa membuatmu nyaman?" (menundukkan kepala)

"(diam)"

"Raja.... aku kangen sama kamu?" (tetap menunduk)

"aku tahu! lalu?" (nada sinis)

"bagaimana keadaanmu?" (menahan tangis)

"kenapa kau bertanya lagi?!" (menahan emosi)

"maaf Raja" (mulai menangis)

"Putri... sini" (memegang kepala putri dan menyandarkannya)

"3 tahun kita gak bertemu, kau tidak berubah. kau tahu, aku lelaki. selalu tidak sama pikirannya. tapi kau harus tahu, hatiku tetap sama" (nada lembut sambil mengelus kepala Putri)

"jadi, kau mau pergi lagi?" (menangis)

"(menahan jengkel sesaat) tidak."

(diam sejenak)

"besok, aku akan meminangmu!"

POLEMIK

Belakangan ini, media masa Indonesia banyak menyiarkan polemik yang tidak kunjung ada titik temunya. Situasi Indonesia (dengan system demokrasinya) menciptakan suasana yang subur dengan opini dan kritik dari semua kalangan. Seperti kita tahu, masalah yang dibahas masih seputar masalah klasik yang terjadi dinegara berkembang. Diantaranya seperti korupsi, isu SARA, narkoba, dan yang teraktual kenaikan harga BBM.

Hal ini sering dirasakan masyarakat Indonesia terutama di masa kepresidenan Bapak Susilo Bambang Yudhoyono. Bahkan, dimasa kepemimpinan Pak SBY sebagai presiden RI, kenaikan BBM terjadi berkali – kali (meski terjadi pula penurunan). Namun yang menjadi fenomena sosial, adalah reaksi “berlebihan” masyarakat. Saat ini (Maret 2012) diisukan BBM akan naik pada bulan April mendatang (diperkirakan naik Rp. 500,- sampai Rp. 1.500,- perliter) dan didukung kuat oleh pernyataan resmi presiden yang berencana akan menaikannya. Hal ini sangat meresahkan masyarakat. Keresahan ini teramat wajar melihat dampak yang mungkin ditimbulkan.

Kata nelayan “kami sulit melaut. Karena cuaca tak menentu, ikan semakin sedikit, ditambah kenaikan BBM!”,

kata pedagang, “harga bahan baku naik. Terpaksa kami juga harus menaikan harga. Tapi kalo dinaikan, dagangan kami jadi tidak begitu laku, karena mahal”

kata supir angkutan umum, “ya jelas berat. Penghasilan kitakan gak seberapa. Belum bayar sewa, dan bayar kebutuhan sehari – hari, eh sekarang ditambah harga bensin naik”

kata ibu – ibu, “ia nih, pemerintah gimana sih. Walaupun ada BLT paling habis buat 1 minggu. Kalo BBM naik saya gak bisa masak!”

kata si anak, “aku gak ngerti apa – apa?”


Memang, kenaikan BBM menjadi suatu dilema bagi pemerintah akibat kenaikan harga minyak dunia menjadi  US$ 106,67 per barrelnya. Namun, melihat perencanaan APBN yang seharusnya dapat lebih menstabilkan kondisi perekonomian Indonesia dengan berbagai alternative pemasukan atau efisiensi pengeluaran guna mensejahterakan masyarakat. Kita tahu, salah satu sumber pemasukan yang berkontribusi besar adalah pajak. Saya hendak coba melogikakan, jika APBN mampu memaksimalkan pendapatan yang diterimanya dari berbagai sektor yang ada (baik pajak, BUMN dll), maka semakin banyak pemasukan, semakin banyak pula uang yang dapat dikeluarkan (teori dasar ekonomi). Tapi, kita bertanya, apakah pemasukan pajak sebagai sumber pemasukan utama sudah maksimal? Jawabnya, belum. Kenapa? Mari kita tanyakan kepada mereka yang (seharusnya) membayar pajak. Apa jawabnya? Banyak yang menyatakan, bahwa mereka belum menjalankan kewajiban membayar pajak secara baik. Apakah ini sumber utamanya? Bukan hanya ini. Apa lagi? Mari kita tanyakan pada bagian pengelolaan. Apa jawabnya? Ternyata masih banyaknya penyelewengan dana yang dilakukan petugas pajak, alias korupsi.

Disini kita dapati, bahwa baik oknum pemerintah dan oknum masyarakat bekerja sama secara tidak jujur dan tidak langsung untuk mencari keuntungan pribadi. Ini bukti bahwa moral bangsa masih sebatas rupiah, dan dapat diperjualbelikan demi keuntungan duniawi. Tidakkah rakyat “capek” dengan ulah jelek oknum pemerintah yang nakal? Dan tidakkah pemerintah “pusing” dengan oknum masyarakyat yang keras kepala dan egois?

Sudah waktunya kita jujur dalam menghadapi setiap masalah. Terutama masalah bersama. Meski besar harapan agar tidak terjadi hal yang dapat menyengsarakan rakyat, seperti kenaikan BBM kali ini yang memang belum dapat diterima dan dirasa kurang tepat. Bahkan pernyataan “demi menyelamatkan APBN” dirasa sangat tidak manusiawi. Disamping itu, bangsa perlu tahu diri akan kelemahan mereka sebagai usaha untuk melemahkan bangsa ini juga. Negara berkembang tidak akan maju sampai bangsa tersebut memiliki kesiapan juga mental untuk maju.

Mohon maaf dan terima kasih.


Tulisan ini sebatas refleksi kecil serta opini penulis pribadi menyinggung masalah kenaikan BBM. Masih banyak yang hendak diutarakan, mungkin dilain kesemptana. Semoga pembaca sebagai sesame manusia Indonesia yang juga merasakan polemic ini dapat saling membantu.

Senin, 05 Maret 2012

GARA - GARA POHON

"Waaah..... asik juga kumpul sama temen di MAN sampai sore. Rasanya jadi gak mau pulang. tapi kalau gak pulang, berabe juga dirumah?!"

"Et deh, kayak lu dicariin bae sama Mamah lu!"

"Ia sih"

Padahal sudah sore, sudah sekitar 2 jam yang lalu sekolah selesai. Tapi, yaah... beginilah kalau sudah kebiasaan. Bermain disekolah sampai sore sama teman - teman senasib. Senasib gak pernah dicariin ortu kalau gak pulang - pulang, walau sampai berhari - hari (tapi tentu saja mereka fine - fine aja, karena kami gak pernah macam - macam).

"waaaah... anak Taekwondo rajin juga tu latihan"

"rajinan gek Kepala Madrasahnya, tiap hari di MAAAN mulu, kagak bosen apah, haha...?" jelas Indra.

"kayaknya mah kagak dra" jawabku.

Tak lama, hujan turun deras. Terlihat di dekat kamar penjaga sekolah, kakak - kakak kelas yang dijuluki Gank Ntat - Ntit (maksudnya gerombolan siswa super rajin yang menduduki sekolah kami, dan terkenal pantang pulang, lebih "buas" dari kami) sibuk menahan dan membersihkan air karena kebanjiran. Di bawah pohon rindang yang berdiri kokoh dan menjadi satu - satunya tanaman besar disekolah kami (pada waktu itu) mereka mondar - mandir seperti kodok cari pasangan kawin. Di tengah derasnya hujan, saat asiknya kami nikmati suasananya, tiba - tiba, sesuatu terjadi.

krek... krekek... krekk... gubraaak......

"apa itu?"

"pohonnya!"

"pohonnya jatoh!"

"waduuuh... kacau!"

Ditengah hujan lebat, satu - satunya maskot hijau kami roboh. Aduh, gundul pisan nih sekolah. Udah banjir, gersang, kotor, atap pada bocor, idup lagi! Parahnya lagi, tumbangnya pohon itu menutupi pintu keluar. Melihat pemandangan mengerikan itu, Kepala Sekolah yang ada di TKP mengambil tindakan. Bak seorang gembala memanggil domba - dombanya, dengan sigap kami (para lelaki) dan Ntat - Ntit memenuhi panggilan dan menghadap. Ia memberikan komando yang sangat singkat dan menggetarkan hati dan pikiran...

"tolong singkirin tu pohon"

Aduuuuhhh............ ujan - ujan, basah, suruh nyingkirin pohon gede lagi. Kan capek. Tak apalah, mumpung rame - rame. Pasukan dengan sigap mengambil senjata, ada 2 buah golok, pisau daging, dan yang lain menggunakan tangannya memungut ranting dan batang pohon yang jatuh dan dipotong. Jadilah kami petugas tata penghijauan dadakan. Semua bekerja, sedikit demi sedikit pohon berhasil dipotong. Celoteh - celoteh khas Ntat - ntit tak lupa memberi bumbu keceriaan ditengah lelah dan hujan. Dibantu kopi panas sebagai sumber energi utama. Akhirnya selesai juga.

Esoknya, ketika sekolah dimulai kembali, begitu masuk gerbang ada perasaan aneh menghinggapi.

"MAN Cikarang kayak kehilangan jiwa gara - gara pohon."

Selasa, 03 Januari 2012

PEDAGANG KAKI LIMA
















Trotoar berbagi panasnya dengan kami
Bising kepala bunyi kendaraan tak pernah jemu memanggil
Setiap hari, tubuh bermandikan debu dan asap
Bau dan lengket
Mereka tahu kami disini
Berjualan sepanjang hari
Mendirikan toko dari papan dan bambu
Kota semakin sempit
Tiada lahan bisa kami tempati lagi
Setiap sore kami pulang membawa letih
Mengunci rapat kelu kesah dalam mulut dan hati
Hanya anak – anak kami yang menjerit
Rembulan malam terasa mati
Tak nampak lagi indah oleh gemerlap kota
Dihunian sempit ini kami hidup
Beralaskan tikar bertapkan seng bocor
Membebaskan laju air kala hujan
Kami yang hilang, kami yang tak terdengar
Tak tahu kenapa, tak tahu harus bagaimana?
Yang kami tahu, kami manusia
Butuh makan dan tempat tinggal
Sebelum mentari terik menyinari
Teriak tangis dan amarah memuncak
Tak dapat lagi tertahan, tak dapat lagi keluar
Habis tak bersisa
Kala kendaraan besi meratakan warung – warung kami

Adakah kau ingin mencari?