Jumat, 20 Mei 2011

PELAJAR MERAH

Catatan Harianku . . . . .


Aku senang, hari ini bisa berjalan seperti biasa dihadapan rimbun pohon yang dibasahi embun. Sayangnya aku lupa membawa buku kesayanganku. Betapa aku khawatir jika saja buku itu hilang. Mengingat buku itu adalah buku peninggalan mendiang Ayahku. Sudah puluhan tahun aku menjajaki tanah gersang berpenduduk padat yang kaya akan kehidupan marjinalnya ini. Ya, disini. Dikota Tembang tua.

Aku terbayang setiap kali melihat jijiknya melihat trotoar jalan saat pertama kali aku datang ke kota ini. Berharap ada seseorang yang sadar bahwa mengencinginya adalah perbuatan keji. Terlebih saat tahu bahwa aku tinggal didekatnya. Ironisnya, semakin lama aku mulai terbiasa. Untunglah aku berasil mengusir para pelaku itu dengan gonggongan anjing baruku.

Pagi ini, seperti biasa aku berangkat ke sekolah. Sekolah yang telah dijanjikan untuk diriku. Sekolah yang kukira cukup populer dikota ini. Awalnya menyenangkan. Untunglah aku bisa beradaptasi. Belajar seperti murid kebanyakan. Bercanda dan tertawa bersama teman. Berdiri didepan kelas akibat dimarahi guru. Semua biasa, sampai kutahu ada yang ganjil.

Kukira menjadi pelajar disekolah ini adalah kesenangan. Sampai kutahu bahwa ini rekayasa. Sebuah buku menyadarkanku akan dianjurkannya berkelana menuntut ilmu. Tidak kukira bahwa sekolahku seperti penjara. Mengapa semua pakaian kami disamakan disini? Kenapa dibuat gerbang setinggi langit tanpa celah tikus sedikitpun? Mengapa aku merasa diawasi bahkan sampai kepojok wc? Porsi makanku diatur. Teman – temanku direkayasa. Semua bagai pengekangan yang membabi buta.

Kenapa aku dilarang menjalin asmara? Kenapa asmara menjadi musuh disini? Kenapa tak adalawan tanpa dipertontonkan? Sungguh sebuah omong kosong aku berada disini. Aku diperlakukan bagai sapi perahan. Diperas dan diberi makan. Tidak tahu kenapa aku diperas. Tidak tahu kenapa aku diberi makan. Dan tidak tahu apa yang aku makan. Semua pembodohan.

Ketika aku sadar, semua nampak berbeda. Sungguh sebuah alasan konyol bersekolah disini untuk menimba ilmu. Sandiwara membosankan oleh segelintir orang. Menggunakan aku sebagai wayangnya. Mendalangi masa depan. Menyetir hidup kearah tujuan yang “dianggap” benar. Inilah yang benar! Inilah yang salah! Jangan salah dan harus benar! Tak perlu tahu harus kenapa! Tak perlu tahu ini untuk apa! Kau kerja, kau selamat.

Aku ingin himpun masa. Aku ingin mendobrak tembok derita ini. Mari bersorak. Mari memberontak. Dalam dunia pendidikan yang membunuh karakter anak bangsa.






(Catatan : realitas pendidikan Indonesia yang sempat kalut membuat kondisi psykologis pelajar menjadi labil, dan tidak sedikit yang berhenti untuk sekolah pada saat itu akibat kedzaliman sistem pendidikan yang tidak didasari oleh kasih sayang. dan hal itu pula yang mendorong timbulnya kriminalitas, moral bangsa yang jatuh, dan perlawanan para pelajar. semoga hal ini tidak lagi terulang di zaman ini agar tidak ada lagi masa depan yang dikorbankan.)

LAGU MALAM

Aku berjalan keluar rumah
Sendiri menantang dingin ku menggigil
Tiada teman yang dapat dipercaya
Semua bayang kan hilang sering waktu
Mengapa bulan begitu indah kau dipandang
Mengapa mentari tak mampu ku memandang
Aku menari dia bawah sinar lampu
Dansa angin dan pelacur
Kupejamkan mata berharap aku mati
Tiada kan kuterima surga atau neraka
Mengapa malam begitu indah
Sunyi... gelap... dan damai
Didalam tidur aku bisa bermimpi
Didalam terjaga aku ingat bayangmu
Mengapa malam begitu indah
Sang cahaya tak kunjung jua berhenti bermesraan
Didalam hampa ku bernyanyi
Didalam hening ku menari
Seakan tidak ada dunia selain disini
Seakan manusia hanya aku sendiri
Aku bernyanyi... nana.. nana... na...
Aku menari... lala... lala... la...
Berjumpa angin malam
Merindu sang waktu
Aku berjalan tak tentu arah
Berharap maut kandatang
Tiada kawan tiada lawan
Hanya Tuhan dan aku
...............................................................
Aku tak berharap kan ditemukan
Aku tak ingin ketidak pastian menghampiri
Biar semua aku kan lewati
Sendiri dan terus bernyanyi
Bersandiwara dipanggung misteri
Ada hujan ada badai
Skenario yang indah

Senin, 16 Mei 2011

AJAKAN SYETAN



Mereka menjadikan kejujuranmu menjadi sesuatu yang merubah dirimu?
Kenapa pula mereka begitu?
Awalnya indah
Kenapa salah untuk mengatakan ini
Mereka mengatakan kau kolot?
Memang keadaan seperti apa yang hendak mereka ciptakan?
Manipulasi?
Rekayasa?
Ketidak tahuan?
Dalih proses?
Omong kosong
Memang apa yang hendak kau temukan disini?
Tidak ada salahnya jika kau merantau sejak dahulu
Itu lebih baik untuk jiwamu
Kenapa mereka hendak mengurungmu dalam tembok angkuhnya?
Bagaimana jika mereka tidak pernah tahu kebenaran sesungguhnya?
Itu akan semakin menyia – nyiakan kebebasanmu
 Mari, sambut tanganku, kita pergi dari tempat terkutuk ini...
Apa maksudmu?
Aku tidak percaya kau katakan itu
Dasar bodoh
Kau menolak ajakanku?
Kau menolak niat baikku?
Baik, jika itu maumu
Tapi ingat kata – kataku ini...
Ditempat ini,
Tidak ada yang akan kau dapat selain cobaan dan samsara jiwa!

Sabtu, 14 Mei 2011

GERHANA MENJADI PURNAMA

Apa yang menjadi kayakinanmu?
Dari mana kau bisa dapat keyakinan seperti itu?
Padahal tetangga kita mengatakan lain?
Apa alasanmu menjadikan suatu hal menjadi  bernilai kebenaran bagimu?
Apakah ini soal kebenaran mutlak?
Atau mencari alasan tepat!
Toh... baru kemarin kita lihat sebuah fakta baru
Melalui sejarah, kita akan tahu
Apa yang menjadi kebiasaanmu?
Apakah itu bernilai kebenaran bagimu?
Atau, kau sendiri yang membuatnya bernilai kebenaran bagimu!
Kau takut kehilangan cinta
Kau takut kehilangan teman
Tapi kau bedusta pada kebenaran
Ah... semakin tidak masuk akal saja
Ngomong – ngomong, kapan terakhir kamu mengingat matimu?
Aku tidak memandang kau Muslim, Yahudi, ataupun atheis untuk pertanyaan ini
Kuyakin kita sepakat bahwa cepat atau lambat kita akan bergabung dengan tanah ini
Bagaimana?
Kenapa kau berkeringat!
Kau mengatakan bahwa hidup ini adalah anugrah
Apa menurutmu mati berarti hilangnya anugrah didunia?
Baiklah, kita tidak perlu memaksakan diri kita untuk dapat berfilsafat
Jalani saja kau pun akan tahu nantinya
Benakah?
Aku suka ketika kau mengatakan “aku memiliki tujuan hidup, tidak seperti seseorang yang tidak jelas berada dimana”
Dan aku suka bahwa tujuan hidupmu amatlah baik
Ouh ia, apa yang menjadi takaran baik bagimu?
Apa kau merasakan matahari menyengat sekali siang ini?
Apa kau pernah berfikir bagaimana jadinya jika matahari berhenti menyala?
Tidak?
Karena ia sudah ada sejak kita belum lahir
Mau bagaimana lagi, kita tidak pernah mensyukuri nikmat Tuhan!
Aku sayang padamu, tapi aku tidak bisa menghindarkan dirimu dari penyesalan
Kenapa?
Karena hanya kau yang bisa
Aku percaya kau bisa
Ah... tak terasa, mereka memanggilku
Sampai jumpa




Adakah kau ingin mencari?