Rabu, 24 November 2010

Asyiknya Punya Blog Pribadi

Senang rasanya punya media tersendiri untunk bisa saling berinteraksi dengan setiap orang. Aku suka ketika pertama kali mengatakan hal itu. Karena kita adalah makhluk sosial bukan?
Saat pertama kali aku berfikir untuk mulai menulis, saat itu yang ada dikepalaku hanya buku dan alat tulis. namun terkadang aku tidak bisa membawa mereka dengan alasan tertentu (yaa... kalian pasti mengerti).

Setiap aku melihat profil para penulis favoritku melalui media masa, aku sering menemukan bahwa sebagian besar mereka memiliki akun tersendiri dalam dunia maya (internet). Mulai dari Twitter, Facebook, Blog, dll. Saat aku menulis, hal itu selalu beranjak dari abdiku sebagai makhluk Tuhan yaitu membagi pengetahuan kepada orang yang lain, atau mungkin sekedar menulis puisi maupun prosa singkat seputar pengalaman dan curahan hati insan manusia yang merasa serba kurang ini.

ketika aku mulai berfikir untuk mempublikasikan tulisan - tulisanku, aku berfikir, How?. Bagaimana aku melakukannya? kadang aku memiliki sedikit angan untuk menulis sebuah buku. buku yang dapat dibaca banyak orang karena kesamaan rasa senang terhadap pengetahuan. Mudah bagi kita untuk menemukan orang lain yang memiliki hobi yang sama dengan kita. jika kita hobi memancing, maka kita akan mudah bertemu dengan sesama orang yang hobi memancing, begitu uga jika kita hobi menulis, tidak mustahil kita memiliki hubungan dan saling berinteraksi dengan sesama penulis (hal tersebut pernah dikatakan oleh seorang penulis buku saat aku menjadi moderator dalam sebuah diskusi buku. untunglah aku ingat!).

Akhirnya, aku menemukan salah satu alternatif yang cukup efektif untuk mempublikasikan tulisan - tulisan(jelek)ku. Melalui Blog. Kurasa menjadi Bloger tidaklah buruk! Awalnya memang aku terkadang malas untuk megirim tulisan - tulisanku pada Blog pribadiku. kendalanya, aku harus pergi terlebih dahulu ke warnet (Warung Internet) untuk dapat online dan dapat mengelola Blogku (kecuali aku memiliki PC pribadi). tapi dengan sedikit pengorbanan, kurasa Tuhan akan mengerti, apa yang kuinginkan.....

Teman - teman, jangan pernah takut terhadap apa yang nampak oleh Indramu. Satu hal yang kupercaya, kita semua masih buta.

Yuda F

Selasa, 23 November 2010

Sedikit Basa - Basi

Aku perlu belajar sesuatu yang penting. belajar sesuatu yang dilupakan. Aku ingin belajar melihat. Bagaimana ya caranya melihat? Padahal sudah puluhan tahun semenjak aku keluar dari alam rahim aku sudah melihat sekelumit hingga jutaan cahaya, hingga sekarang tak pernah absen dari semua itu, tapi mengapa aku masih tidak tahu bagaimana cara untuk melihat. Apa itu melihat. 

bagaimana melihat dengan (se)benarnya. Apakah melihat selalu dengan mata saja? Lalu, mengapa seorang tuna netra masih dapat mengetahui objek didepannya? Mengapa mereka masih dapat membaca ayat – ayat kitab demi kitab? Seberapa penting melihat bagi kehidupan kita? Ini menyangkut segala kesadaran akan kebenaran yang ada yang selalu bias dan majemuk. Namun semua seperti pohon bercabang yang berasal dari satu. Mungkin jika aku rangkai dan kujelajahi satu persatu dahan demi dahan, daun demi daun, aku bisa merangkai pohon yang indah. Dan kuharap bisa menghasilkan buah yang manis. 

Benarkah melihat adalah menggunakan mata dengan semestinya? Lalu, apa itu mata? Apa kah dua buah bola yang tersambung dengan saraf – saraf, yang terletak dan terlindung di tengkorak, yang memvisualisasikan bentuk objek didepan kita dengan jutaan warna ?
Suatu hari, tubuh ini merasa letih karena kerja yang terasa berlebihan dan kehilangan banyak energi dan cairan yang mengakibatkan rasa 5 l yang agak berlebihan. Tanda aku harus menerjang ranjang tidur di balik tembok yang berdiri tegak membentuk kubus (Singkat saja, kamarku). Seperti biasa, ketika ingin menjelang tidur, kumatikan cahaya lampu yang mengganggu kemegahan langit malam. Saat itu sempat terpikir, sekarang, disekitarku, gelap, aku tidak bisa melihat lagi kalau hanya mengandalkan kedua mata yang sudah ada ini. Karena jarak saklar lampu dan ranjang yang perlu sedikit perabaan penglihatan saat cahaya dimatikan, tentu aku agak kesulitan menentukan posisi saat berdiri untuk berbaring di atas ranjang yang tingginya hanya sekitar 25 cm dan berjarak ½ meter didepanku, namun tak dapat lagi memvisualisasikan benda – benda(objek) didepanku dengan mata yang sudah ada, akhirnya, kugunakan kepekaan kulit telapak tangan dan tubuh yang lain untuk kuandalkan.

Ya, aku bisa mengetahui apa yang menyentuh kulitku, apakah lembut, keras, besar, kecil, kotak, segitiga, lingkaran dan berbagai bentuk lainnya. Perlahan namun pasti, aku dapat berbaring diatas ranjang dengan posisi yang kuinginkan. Aku tahu itu melalui perabaan indra kulitku. Tanpa melihat? pertanyaan yang bagus. Apa saat itu terjadi aku dikatakan tidak melihat? jika memang aku dikatakan tidak melihat, mengapa aku bisa mengetahui berbagai objek yang ada disekitarku! Apa saat kita melihat kita bisa tahu, lalu saat tidak melihat kita tak lagi tahu? 

Tak ada yang berubah saat kita melihat maupun tidak melihat dengan bola mata. Toh, objek didepan kita tak akan berubah tiba – tiba saat kita melek maupun merem. Sebagai contoh, ada seorang anak yang sedang bermain petak umpet. Seorang anak mendapat giliran sebagai petugas pencari, dan sisanya bersembunyi. Saat sang pencari memejamkan matanya dan berhitung, apakah ia tidak tahu bahwa teman – temannya telah pergi? 

Tentu ia tahu. Dan pada saat ia melihat disekeliling setelah berhitung sambil memejamkan mata, apakah ia tidak tahu bahwa teman – temannya masih tetap ada di suatu tempat? Tentu ia tahu. Tanpa melihat, ia tahu itu. Ia tahu teman – temannya tidak lenyap, melainkan berpindah tempat.

Contoh lain, saat seseorang berdiri didepan sebuah rumah, ia berhenti dan memandangnya sejenak, lalu ia menutup mata dan berjalan kearah rumah tersebut. Dengan mengandalkan sisa – sisa indra yang ia punya, ia melangkah (walau perlahan) untuk masuk kerumah itu. Saat ia membuka mata, tanpa sadar, ia telah berada ditempat lain dirumah itu. Pertanyaannya, saat kita melihat maupun memejamkan dengan mata, apakah akan merubah pandangan/objek awal kita? Jawabannya tidak. 

Ketika kita melihat sebuah gedung tinggi didepan mata kita, kemudian kita memejamkan mata, apa itu berarti gedung itu menghilang! Tentu tidak. Lalu, apa yang membedakan melihat dan memejamkan mata? Sejauh yang kupikirkan, semua karena warna. Warnalah yang membuat kita tahu suatu objek didepan kita. Warnalah yang membedakan antara satu dan lainnya. Warnalah yang membantu mata kita untuk memvisualisasikan objek itu (melalui bantuan cahaya yang terpantulkan objek tertentu). 

Muncul pertanyaan baru dalam benakku, apa itu warna? Benarkah warna adalah corak yang membedakan dan bersifat majemuk? Kita mengenal berjuta – juta warna tanpa tahu apa itu warna. Bagaimana jika tak ada warna? Apa warna ada dengan sendirinya? Atau hanya sebuah tiruan dan akal – akalan yang Tuhan buat dalam hidup kita? 

Seberapa penting warna bagi kehidupan kita? Sesuatu yang bersifat pasti adalah objek mata, namun yang bersifat berubah – ubah(relatif) adalah warna. Benar(kah) demikian?

Adakah kau ingin mencari?